Ramaditya Adikara Tumbuhkan Jiwa Menulis Mahasiswa UPGRIS

Menulis adalah salah satu cara untuk bicara. Keterampilan menulis tidak muncul dengan sendirinya, Perlu pembiasaan yang rutin agar lihai dalam menulis. Tidak terkecuali calon guru, harus memiliki nilai tambah untuk bisa bersaing menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi Asean tahun 2015 mendatang. Keterampilan menulis itulah yang menjadi nilai tambah bagi setiap calon guru. Hal tersebut diungkapkan oleh dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Dra Asropah MPd saat membuka Seminar Kepenulisan, Kamis (23/10) di Aula Gedung Pusat UPGRI Semarang.
“Jangan heran bila pada saat itu guru yang mengajar di Indonesia berasal dari Singapura ataupun Malaysia. Sehingga kita harus mempersiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean tahun 2015 mendatang. Berikan nilai tambah pada diri kita sendiri, misalnya dengan keterampilan menulis,” imbuhnya kepada peserta seminar yang terdiri dari mahasiswa dan umum.
Badan Eksekutif Mahasiswa FPBS UPGRI Semarang menyelenggarakan Seminar Kepenulisan dengan tema Mencetak Jiwa Penulis Muda dengan Hati Penuh Cinta, Melalui Momentum Bulan Bahasa. Seminar tersebut menghadirkan seorang penulis, jurnalis, serta motivator Ramaditya Adikara.
Ketua panitia penyelenggara seminar, Eva Dwi Susanti mengungkapkan bahwa memiliki keterampilan menulis terutama bagi yang masih berjiwa muda, sangatlah penting. Melalui tulisan, kita dapat mendokumentasikan banyak hal yang berguna bagi orang lain. Melalui tulisan banyak lahir peneliti, sejarawan, novelis, dan tokoh ternama lainya.
“Sebagai pemuda, akan lebih baik bila kita bisa bermanfaat misalnya dengan menghasilkan berbagai tulisan yang bisa dimanfaatkan orang lain.” Ungkap Eva.
Paniti seminar memilih Ramaditya Adikara sebagai narasumber dengan maksud agar para peserta lebih termotivasi. Ramaditya dengan keterbatasan penglihatannya justru dirinya semakin gigih untuk berkarya dalam berbagai bidang, terutama kepenulisan.
“Kami hanya ingin memotivasi peserta, bahwa seharusnya kita yang memiliki fisik sempurna bisa mencontoh keberhasilan Ramaditya sebagai seorang penulis, jurnalis, dan motivator meskipun tunanetra,” imbuh Eva.
Eva menambahkan bahwa dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, sebagai pemuda Indonesia memang harus mempersiapkan diri dengan memberikan nilai tambah pada diri kita. “Cobalah asah kembali kemampuan menulis kita dan berkompetisilah di MEA mendatang dengan keterampilan menulis itu,”

Berita Terkait :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Current day month ye@r *