Ada petuah lama: “Kalau ingin dimengerti, berusahalah mengerti orang lain”. Kira-kira petuah itulah yang diterapkan oleh Wesiati Setyaningsih, guru bahasa Inggris SMA N 9 Semarang, yang terkenal sangat dekat dengan murid-muridnya. Siswa bandel, rewel, kurang memperhatikan pelajaran, dan menyepelekan gurunya sudah ditaklukkannya. Hima PBSI Universitas PGRI Semarang pun mengundangnya pada 10 Januari lalu untuk berbagi cerita serta ilmu sebagai rujukan alternatif “menaklukkan” murid manakala mereka nanti telah menjadi guru bahasa.
Dengan murid-muridnya, beliau tidak hanya memosisikan diri menjadi guru, tetapi sebagai teman sekaligus orang tua di sekolah.
Pengalaman-pengalaman uniknya selama mengajar ia tuliskan dalam buku Tersesat di Jalan yang Benar. Diskusi ini membedah kiat yang dipakai dalam mengambil hati murid-muridnya. Tentunya beragam pengalaman manis dari ibu guru ini sangat bermanfaat bagi para calon guru bahasa Universitas PGRI Semarang.
Padahal, sebelumnya tak pernah ada niat jadi pendidik meskipun kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai guru. Yang beliau lihat, kedua orang tuanya hidup pas-pasan, gaji tak seberapa, gali lubang tutup lubang.
Oleh sebab itu, tidak heran, setelah tamat kuliah di jurusan Sastra Inggris Universitas Diponegoro, beliau malah memilih bekerja di Dinas Pariwisata dan sempat pula bekerja di kelurahan. Namun, karena bosan, diputuskannya mengikuti pendidikan Akta Empat. Tidak pernah bercita-cita jadi guru dan tidak mengenyam pendidikan keguruan sejak dini lantas terjun menjadi guru tentu menemukan banyak permasalahan. Nah, permasalahan-permasalahan yang terselesaikan itulah yang menjadi kenangan manis yang akhirnya dituangkan jadi buku oleh ibu dua anak ini.
Acara yang digelar gratis yang berlangsung hingga sore tersebut diisi dengan diskusi santai antara Ibu Wesiati Setyaningsih, mahasiswa PBSI, dan murid-murid beliau. Pada akhir sesi, beliau membagikan grastis bukunya untuk para peserta dan beberapa dosen PBSI yang hadir. Alhasil, beliau diserbu para pemburu tanda tangan dari fan-fan barunya.