Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal
Pada Sabtu (23/8), Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alammenyelenggarakan seminar nasional MIPA dengan tema Membidik Karya Lokal yang Unggul untuk Pengembangan Matematika dan Sains. Sebanyak 179 pemakalah dari berbagai daerah dan perguruan tinggi di Indonesia ikut terlibat dalam pelaksanaan seminar tersebut. Seminar tersebut menghadirkan tiga narasumber kunci yaitu Dr Fenny Roshayanti MPd (pakar pendidikan Biologi Universitas PGRI Semarang), Drs. Cari MA PHd (pakar Fisika Universitas Sebelas Maret), dan Dr rer nat Adi Rahmat (pakar pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung).
Saah satu narasumber kunci sekaligus pakar di bidang Pendidikan Biologi Dr Fenny Roshayanti MPd ketika ditemui usai pembukaan seminar, menyampaikan bahwa kini telah terjadi perubahan paradigma dalam bidang biologi oleh para pemikir sains. Selama ini para pakar hanya melihat pembelajaran sains pada kemampuan siswa, akan tetapi akhir-akhir ini pakar dunia mengalihkan perhatian sains pada suatu proses sosial. “Kini para pakar sains memandang bahwa sains adalah suatu proses sosial sehingga tidak terlepas dari kerangka sosiologi,” ungkapnya.
Fenny mencontohkan pembelajaran sains dapat dilakukan dengan mengadopsi akulturasi maupun asimilasi budaya. Pembelajaran sains menggunakan budaya lokal merupakan lahan yang sangat berpotensi sekali bagi para peneliti untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran sains menggunakan kearifan lokal dan tradisi budaya. Pihaknya mengaku bahwa upaya pembelajaran tersebut pernah dipresentasikan di Korea, ternyata mereka sangat setuju dan menghargai pemikiran itu.
Wakil Rektor bidang Akademik dan Kerjasama Universitas PGRI Semarang, Dra Sri Suciati MHum memberikan apresiasi positif pada pelaksanaan seminar tersebut. Menurutnya, tema yang diangkat dalam seminar sangat bagus. Suci menuturkan bahwa karya lokal bangsa Indonesia sebetulnya sangat banyak, akan tetapi justru sering kali tidak dipandang berharga oleh bangsa sendiri. Dia mencontohkan bahwa ternyata membakar kemenyan ternyata bisa diajarkan dalam pembelajaran sains. “Membakar kemenyan yang dianggap sebagai sesuatu yang jadul ternyata bisa mendapat logika matematikanya. Peneliti sains ternyata dapat membuktikan bahwa dengan membakar kemenyan dapat mengusir makhuk halus dalam bentuk mikroorganisme,”
Suci berharap, melalui seminar tersebut, para dosen dan mahasiswa dapat berkontribusi mengembangkan sains dalam upaya melestarikan dan menghargai budaya okal Indonesia.
Leave a Reply